Minggu, 08 Februari 2015

BRAND EQUITY INDOMIE


Kebiasaan anak sekarang ketika lagi ga ada kerjaan tu pegang HP terus buka instagram sama path, ya ga sih ? haha. Tapi kali ini gw menemukan sesuatu yang menarik, ketika lagi buka path, gw menemukan sebuah gambar yang berisi tulisan yang cukup “epic".


Tulisan ini nunjukin banget kalo Indomie itu bener-bener melekat di hati konsumen, “ Indomie, seleraku”  pisan ey seperti tag line yang dibuat oleh perusaahan mie instant ini. Termasuk juga beberapa temen gw yang sekolah di luar negeri, mereka ngomong ga ada mie instant yang seenak indomie dan setiap pulang ke sini selalu aja ada kangennya sama indomie. Herannya, kenapa dari sekian banyak merek mie instant, ada mie sedap, supermi, ada juga yang lagi nge-trend sekarang mie-mie instant korea, tetap indomie yang jadi nomor satu ?
Karena, Indomie yang merupakan produk Indofood ini memiliki kekuatan merek (brand equity). Berikut adalah beberapa pengertian brand equity :
1.  Susanto dan Wijanarko (2004), ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan atau pelanggan (p. 127).
2. Kotler dan Armstrong (2004), “Brand equity is the positive differential effect that knowing the brand name has on customer response to the product or service” (p. 292). Artinya ekuitas merek adalah efek diferensiasi yang positif yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa.

Jadi, brand equity adalah kekuatan suatu brand yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari brand itu sendiri yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa yang dijual. Sebuah merek yang memiliki brand equity pasti lebih dipilih oleh konsumen, karena konsumen beranggapan bahwa produk yang bermerek dan terkenal lebih bagus dibanding produk yang tidak bermerek atau tidak terlalu terkenal. Kekuatan sebuah merek juga bisa menyebabkan sebuah produk menjadi top of mind konsumen. Top of mind (puncak pikiran) adalah kondisi dimana jika seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan orang tersebut dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen. Coba kita tes, kalo ujan-ujan gini mau makan mie instant, mie apa ya ? INDOMIEEEE!. Kebanyakan orang pasti menjawab hal yang sama seperti saya, ini menunjukan bahwa indomie sudah menjadi top of mind dan mempunyai brand equity yang kuat.

Selain itu, brand equity indomie ini juga banyak dimanfaatkan oleh pembisnis kuliner untuk membuat sebuah kafe yang menjual indomie, mulai dari indomie yang dijual mirip sama gambar di bungkusnya sampai indomie yang rasanya mulai di modifikasi, tapi judulnya tetap ada “indomie”nya . Dan herannya kafe/kedai yang menjual indomie ini cukup laris, seperti kalo di Unpar ada Pa Moes, Madtari yang menjual indomie keju kornet, terus yang baru-baru ini lagi hits Warung Upnormal yang ada di jalan Cihampelas dan jalan Suci yang tidak berhenti kedatangan konsumen yang pengen makan indomie dengan rasa yang macem-macem. Ketiga contoh ini memanfaatkan kekuatan brand indomie untuk menarik konsumennya. Jadi bisa jadi sebuah bisnis yang menggiurkankan dengan memanfaatkan kekuatan brand (brand equity) dari sebuah produk? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar