Kebiasaan anak
sekarang ketika lagi ga ada kerjaan tu pegang HP terus buka instagram sama
path, ya ga sih ? haha. Tapi kali ini gw menemukan sesuatu yang menarik, ketika
lagi buka path, gw menemukan sebuah gambar yang berisi tulisan yang cukup “epic".
Tulisan ini nunjukin banget kalo Indomie itu bener-bener melekat
di hati konsumen, “ Indomie, seleraku”
pisan ey seperti tag line yang dibuat oleh perusaahan mie instant ini. Termasuk
juga beberapa temen gw yang sekolah di luar negeri, mereka ngomong ga ada mie
instant yang seenak indomie dan setiap pulang ke sini selalu aja ada kangennya
sama indomie. Herannya, kenapa dari sekian banyak merek mie instant, ada mie
sedap, supermi, ada juga yang lagi nge-trend sekarang mie-mie instant korea,
tetap indomie yang jadi nomor satu ?
Karena, Indomie yang merupakan produk Indofood ini memiliki kekuatan
merek (brand equity). Berikut adalah beberapa pengertian brand equity :
1. Susanto
dan Wijanarko (2004), ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas
merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh suatu barang atau jasa kepada perusahaan
atau pelanggan (p. 127).
2. Kotler dan Armstrong (2004), “Brand equity is
the positive differential effect that knowing the brand name has on customer
response to the product or service” (p. 292). Artinya ekuitas merek adalah efek diferensiasi yang positif yang dapat
diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa.
Jadi, brand equity adalah kekuatan suatu
brand yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari brand itu sendiri yang
dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa yang dijual. Sebuah
merek yang memiliki brand equity pasti lebih dipilih oleh konsumen, karena
konsumen beranggapan bahwa produk yang bermerek dan terkenal lebih bagus
dibanding produk yang tidak bermerek atau tidak terlalu terkenal. Kekuatan sebuah
merek juga bisa menyebabkan sebuah produk menjadi top of mind konsumen. Top of
mind (puncak pikiran) adalah kondisi dimana jika seseorang ditanya secara
langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan orang tersebut dapat menyebutkan
satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama kali
merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek
utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen. Coba kita tes, kalo
ujan-ujan gini mau makan mie instant, mie apa ya ? INDOMIEEEE!. Kebanyakan orang
pasti menjawab hal yang sama seperti saya, ini menunjukan bahwa indomie sudah
menjadi top of mind dan mempunyai brand equity yang kuat.
Selain
itu, brand equity indomie ini juga banyak dimanfaatkan oleh pembisnis kuliner
untuk membuat sebuah kafe yang menjual indomie, mulai dari indomie yang dijual
mirip sama gambar di bungkusnya sampai indomie yang rasanya mulai di
modifikasi, tapi judulnya tetap ada “indomie”nya . Dan herannya kafe/kedai yang
menjual indomie ini cukup laris, seperti kalo di Unpar ada Pa Moes, Madtari
yang menjual indomie keju kornet, terus yang baru-baru ini lagi hits Warung
Upnormal yang ada di jalan Cihampelas dan jalan Suci yang tidak berhenti
kedatangan konsumen yang pengen makan indomie dengan rasa yang macem-macem. Ketiga
contoh ini memanfaatkan kekuatan brand indomie untuk menarik konsumennya. Jadi
bisa jadi sebuah bisnis yang menggiurkankan dengan memanfaatkan kekuatan brand
(brand equity) dari sebuah produk?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar